Senin, 18 Mei 2009

Kesenian Brebes Kurang Infus


Kehidupan tanpa seni bagaikan makan tanpa garam, mungkin ungkapan itu sangat tepat bagi kita semua. Karena setiap irama kehidupan jika dibumbui dengan unsur seni akan terasa lebih indah. Contoh, bertamu ada seninya, bercinta juga ada seninya, dan hampir setiap aspek kehidupan, seni itu akan menambah suasana menjadi indah.
Sehingga gambaran yang pas itu jika diterapkan di daerah Brebes juga tepat jika dikatakan Brebes itu kurang indah, kesenian di Brebes bagaikan hidup segan mati tak mau. Hal tersebut dikarenakan Kesenian di Brebes itu kurang “infus”. Infus disini bukan hanya dari sokongan anggaran daerah namun juga perhatian masyarakat dan pemerintah sendiri dalam menyikapi penyelenggaraan kesenian di daerah. Begitulah menurut Widjanarto, pemerhati seni asal Jatibarang - Brebes.
Menurut Widjanarto, kurang bergariahnya kegiatan berkesenian di Brebes disebabkan juga karena para tokoh seniman menempatkan seni hanya sebagai sampingan. Jarang diantara mereka yang punya profesi sebagai pekerja seni. Ditambah seniman di Brebes belum punya tempat resmi sebagai sentra kegiatan atau tempat teman-teman seniman berkumpul.
“Persoalannya juga Dewan Kesenian selama ini belum punya tempat khusus sebagai tempat temu kangen para seniman,” kata Gusdur, panggilan akrab Widjanarto. “Apalagi sekarang dana APBD untuk Dewan Kesenian, turun hingga 50 persen dari anggaran tahun lalu”.
Terkait dengan masa bakti Dewan Kesenian Kabupaten Brebes (DKKB) yang sudah habis, Gusdur berharap kedepan Dewan Kesenian bisa merepresentasikan para seniman-seniman yang ada didaerah. Karena selama ini masih ada beberapa komite yang belum ada dan yang sudah ada pun ada yang tidak aktif. Sementara yang aktif diantaranya hanya dari Komite Seni Sastra, Seni Tradisional, Seni Teater, dan Seni rupa.
“Butuh kontinuitas kerja agar even-even kesenian terselenggara, terutama bagaimana caranya agar Dewan Kesenian punya gedung sendiri,” lanjut Gusdur.
Infromasi yang diterima, ada beberapa nama kandidat yang siap mengisi kursi ketua DKKB pasca Lukman Suyanto, SH yang musda-nya akan digelar bulan Oktober 2009 ini. Diantaranya, Drs. Supriyono, Lurah Topik, dan Ki Dalang Tarto. Sementara Lukman sendiri kabarnya sudah tidak berminat lagi.
Dari keempat kandidiat ini, hanya Ki Dalang Tarto yang ketika di konfirmasi via telpon, menjawab masih ada yang senior. (tr)

Kamis, 16 April 2009

Caleg PKB Bantah Gunakan Ijazah Palsu


BREBES (BP) – Siang itu panas begitu menyengat, namun tak menyurutkan langkah kaki kami untuk menjejaki kediaman salah satu caleg yang diduga menggunakan ijazah palsu. Setelah mendapati rumahnya ternyata yang dituju tidak berada ditempat. Namun begitu ponsel kami terhubung ternyata beliau berada tidak jauh dari tempat tinggalnya dan berkenan untuk ditemui. Kami pun menunggu sesaat.

Zubad Fahilatah, caleg DPRD Kabupaten Brebes dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membantah dirinya menggunakan ijazah palsu. Caleg dari dapil 2 yang meliputi Kecamatan Larangan, Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Salem ini sebelumnya dilaporkan oleh sebuah LSM di Bantarkawung ke Panwaslu atas dugaan menggunakan ijazah Paket C palsu ketika mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Saya ahkan meminta KPU mencoret nama saya dari Daftar Caleg Tetap sebelun ditetapkan jika memang ijazah yang saya gunakan untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan dianggap bermasalah atau meragukan,” kata caleg yang mengantongi lebih dari 8000 perolehan suara berdasar rekapitulasi perhitungan suara pemilu di sekretariat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Larangan. Bahkan ia mengancam akan mem-PTUN-kan pihak penyelenggara kejar paket yang telah mengeluarkan ijazahnya jika dinyatakan palsu oleh KPU.

Zubad yang nota bene juga ketua sebuah assosiasi atau rekanan di Brebes, mengatakan beberapa caleg di internal PKB juga banyak yang memiliki ijazah Paket C bahkan mereka juga kebanyakan adalah calon jadi berdasarkan perolehan suara terbanyak. “Dulu saya sempat masuk Aliyah, namun tidak sampai selesai, sehingga saya ikut paket C di Cirebon,” ujar Zubad kemudian.

Ijazah Paket C milik Zubad dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Cirebon dengan nomor 02PC0700381, tanggal 17 Januari 2008. Zubad bergabung dengan kelompok belajar Panji Anom, Kelurahan Kesepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jabar. Di kelompok belajar Panji Anom, Zubad mengulang dari dari kelas satu.

Sementara itu, Ketua Pangawas Pemilu Kabupaten Ahmad Hanfan, mengatakan Panwaskab sudah mengecek ke Dinas Pendidikan Kota Cirebon yang telah mengeluarkan ijazah Paket C milik Zubad Fahilatah. "Saya sudah cek ke Cirebon, ijazah milik Zubad tidak bermasalah," ujar Hanfan yang dihubungi melalui telepon pribadinya.

Adik Syare gelapkan dana 1,6 M

Adik Syare’i Gelapkan Dana 1,6 M

Diduga Syare’i Terlibat

Brebes (BP), Sebuah sontakan luar biasa terjadi di tengah hiruk pikuk kampanye politik
para calon legislatif. Syare’i Abdul Rosyid, anggota DPRD
Jateng dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) daerah
pemilihan (dapil) IX meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan
Kota Tegal, diduga terlibat atas dugaan penggelapan dana aspirasi
DPRD tahun 2008 sebesar 1,6 M.

Awalnya warga Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes mempertanyakan penggunaan dana aspirasi DPRD tahun 2008 senilai 1,6 M yang diduga ditilep oleh perantara proposal bernama Amaludin Subaweh warga Desa Randusanga Kulon yang notabene adik ipar dari Syare’i Abdul Rosyisd, anggota DPRD Jateng tersebut.

Anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) Randusanga Kulon, Ego Meranoer ketika diwawancarai oleh salah satu media harian, Senin (30/3) menuturkan, dana aspirasi DPRD itu pernah diusulkan melalui proposal oleh warga, melalui salah satu anggota DPRD Jateng, Syare’i Abdul Rosyid.

Sebenarnya dana aspirasi tersebut telah ditransfer kepada Nurhasim sebagai pengurus Masjid Alhidayah dan Ika Merdekawati pengurus Mushola Al Mubarokah. Keduanya warga Desa Randu Sanga Kulon. “Tidak ada pembangunan Masjid danMushola, semua fiktif. Diperkirakan dana sebesar 1,6 M dibawa kabur ke Arab oleh pelaku,” ujar Ego.

Tidak hanya itu, masih menurut Ego, pelaku juga diduga melakukan perbuatan yang sama di wilayah Bulakamba. Dana aspirasi dari DPRD Provinsi Jateng untuk pengembangan home industry bagi para pengrajin tahu dan tempe serta budidaya jangkrik di Kecamatan Bulakamba ternyata juga tidakdisalurkan kepada yang berhak.
Kasus ini sudah ditangani pihak kejaksaan Negeri Brebes. Ketika hendak dikonfirmasi NunukSugiarti tidak berada ditempat. Namun pemeriksaan telah dilakukansenin lalu kepada Nurhasim, pengurus pembangunan masjid fiktif
tersebut. (TR)






Kamis, 02 April 2009

Brebes: Potensi yang Tak “Terjual”?



Brebes merupakan daerah agraris, khususnya untuk sub sektor tanaman pangan. Banyak sekali investasi yang bias ditanam di daerah subur ini. Namun kenyataannya, Brebes tetap saja “gersang” dan sangat sulit sekali untuk “dijual”.

Brebes merupakan daerah agraris, khususnya untuk sub sektor pangan tanaman pangan. Ini terlihat dari luas lahan serta jumlah penduduk yang bermata pencaharian pada sub sektor ini. Total produksi padi di wilayah ii rata-rata 494.712 ton/tahun, dengan produksi terbesar di Kecamatan Bumiayu yang mencapai 44.712 ton. Sementara potensi tanaman pangan lahan kering hortikultura andalan kabupaten ini adalah bawang merah, bawang daun, cabe merah, kentang, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, kubis, mangga dan pisang. Pada sektor ini terbuka peluang investasi yang meliputi budidaya kentang di Kecamatan Sirampog serta Kecamatan Paguyangan, budidaya bawang merah di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Larangan, Ketanggungan, Tonjong, Kersana, Losari, Jatibarang dan Songgom. Kemudian peluang budidaya cabe merah di Kecamatan Larangan, Tanjung, Kersana dan Banjarharjo.
Pada sub sektor perkebunan peluang investasinya meliputi budidaya nilam, kopi arabika dan kapas. Untuk budidaya nilam, peluang investasi terdapat di Kecamatan Salem, Bantarkawung, serta lahan aset Pemerintah Kabupaten Brebes di Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu. Peluang investasi untuk budidaya kopi arabika terdapat di Kecamatan Sirampog dan Paguyangan. Sementara untuk budidaya kapas, peluang investasinya terdapat di Kecamatan Losari.
Selanjutnya pada sub sektor kehutanan peluang investasi meliputi budidaya tanaman jati dan mahoni di Kecamatan Banjarharjo, Larangan, Songgom, Bantarkawung, Paguyangan dan Sirampog.
Kebupaten Brebes memiliki potensi usaha di sektor perikanan laut, tambak, waduk, kolam dan sungai, dengan dominasi produksi 96,8 persen merupakan usaha perikanan laut dan tambak. Peluang investasi pada sub sektor ini meliputi budidaya ikan dengan sistem keramba apung di waduk Malahayu, Kecamatan Banjarharjo seluas 702 Ha, serta waduk Penjalin di Kecamatan Paguyangan seluas 125 Ha, dengan jenis ikan nila hitam dan nila merah. Juga terbuka peluang investasi berupa budidaya tambak udang dengan sistem tandon dan biofilter yang dapat dikembangkan di Kecamatan Brebes, Wanasari, Tanjung, Losari dan Bulakamba, serta rajungan di Kecamatan Losari.
Sementara itu pada sub sektor peternakan, potensi usaha meliputi jenis ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda, serta jenis ternak kecil seperti domba, kambing, kelinci dan unggas. Peluang investasinya berupa peternakan itik baik untuk bibit, petelur dan pedaging di Kecamatan Wanasari, Bulakamba dan Brebes. Selanjutnya, peternakan domba berupa pembibitan dan pembesaran di Kecamatan Brebes dan Wanasari. Untuk peternakan sapi khususnya penggemukan sapi potong di Kecamatan Banjarharjo, Tonjong, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem. Terakhir, peternakan ayam buras autosextion di Kecamatan Bumiayu.

Dominasi Industri Kecil
Kondisi industri di kawasan ini 99 persen merupakan industri kecil dan kerajinan dengan jenis usaha 88 persen berupa industri pengolahan hasil pertanian. Telur asin merupakan salah satu produk unggulan di sektor ini. Dari 129 unit usaha industri telur asin yang ada saat ini mampu memproduksi kurang lebih 45.150.000 butir telur asin setiap tahunnya. Terdapat pula beberapa jenis produk andalan yang memiliki potensi serta karakteristik tersendiri untuk dikembangkan, seperti pembuatan tali, lidi Hio atau batang dupa, terasi udang, pembuatan perahu nelayan, kerupuk udang serta pengolahan hasil laut lainnya.
Satu jenis komoditi yang memiliki potensi untuk dikembangkan yakni garam curah atau garam produk dengansentra produksi di Kecamatan Losari, Tanjung, Wanasari serta Brebes. Luas lahan garam yang tersedia kurang lebih 156,25 Ha dengan produksi mencapai 8.500 ton/tahun. Peluang investasi pada sub sektor ini dengan dukungan potensi bahan baku antara lain garam iodium. Bentuknya berupa pendirian pabrik garam beriodium di wilayah Kecamatan Wanasari dan Bulakamba. Lokasinya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta didukung penyediaan bahan baku yang memenuhi standar garam pabrik. Industri yang mendukung sektor lainnya adalah industri pengolahan baang merah. Yaitu berupa pendirian pabrik pengolahan bawang untuk menjadi bawang goreng, bawang bubuk, acar bawang merah dan minyak atsuri bawang merah. Lokasi yang ditawarkan pemerintah daerah terletak di Desa Cimohong, Kecamatan Bulakamba. Bersamaan juga dengan industri pengolahan bawang merah didirikan pula pabrik untuk mengolah cabe merah menjadi cabe merah kering, cabe merah bubuk, sambal dan saus. Untuk industri pengolahan minyak atsuri atau nilam terletak di Kecamatan Bantarkawung, Salem dan Paguyangan, seperti halnya pendirian pabrik pengolahan dan pengawetan kayu pinus, sengon, albasiah, sonokeling di Kecamatan Paguyangan.
Sementara itu, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi sumber daya mineral yang belum dieksploitasi, meliputi batu kapur dengan volume 6.600.000 ton, tras dengan potensi 1.925.000 ton, batu split 18.000 ton, dan batu bata dengan potensi volume 903.000 ton, serta potensi sumber minyak bumi.*